Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda
Posted by Unknown on 01.21 with 4 comments
Di postingan kali ini saya akan sekedar berbagi pengalaman atau laporan perjalanan ke Tahura Ir. H. Djuanda nih, waktu itu ( 16 Februari 2014 ) saya dan teman-teman ke sana untuk menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia. Untuk masuk ke kawasan ini akan dikenakan biaya dengan rincian sebagai berikut :
Langsung aja ..
Berkunjung ke Taman Hutan Raya Djuanda seolah kita dapat berwisata alam dan sejarah dalam satu tempat yang sama. Tempat ini teretak tidak jauh dari kota Bandung tepatnya di daerah Dago atas, dan sudah dilengkapi oleh sarana yang cukup lengkap.
Taman Hutan Raya Djuanda atau lebih dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Dago Pakar adalah sebuah hutan kota yang berjarak sekitar 3 Km dari terminal Dago. Tahura Djuanda berada di ketinggian 800 sampai 1350 M di atas permukaan laut.
Sejarah Taman Hutan Raya yang dulu dikenal dengan nama Dago Pakar ini dimulai pada tahun 1922, ketika batas-batas hutan ini ditetapkan. Pada tahun 1963, hutan lindung ini mulai dipersiapkan sebagai hutan wisata atau kebun raya. Oleh karena itu, kawasan seluas 30 ha di mulai ditanami pepohonan yang berasal dari berbagai daerah, baik di dalam maupun luar Indonesia.
Atas Gagasan Gubernur Propinsi Jawa Barat pada 23 Agustus 1965, hutan ini diresmikan sebagai Kebun Raya / Hutan Rekreasi Ir. H. Djuanda. Pada tahun 1980 pengelolaannya dialihkan dari Perum Perhutani ke Direktorat Jendral Perlindungan dan Pengawetan Alam (sekarang Direktorat Jendral Perlindungan dan Pelestarian Alam / PHPA).
Tahura Djuanda menyimpan beraneka macam tumbuhan, diantaranya ialah pohon Pinus (Pinus merkusii), Kaliandra (Calliandra callothyrsus), Bambu (Bambusa sp.) dan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti tumbuhan Teklan (Euphatorium sp.), kayu Manis dan lain sebagainya. Selain itu terdapat berbagai jenis binatang yang tinggal di dalamnya antara lain Musang (Paradoxurus herma paproditus), Tupai (Callosciurus notatus), Kera (Macaca insularis) serta berbagai jenis burung seperti Kepondang (Oriolus chinensis), Kutilang (Pycnontus caferaurigaster), Ayam hutan (Gallus gallus bankiva) dan beberapa spesies lainnya.
Belanda membuat terowongan ini untuk keperluan saluran air bagi pembangkit listrik tenaga air pertama di Indonesia yaitu PLTA Bengkok. Namun pada perkembangannya, air untuk pembangkit listrik kemudian disalurkan menggunakan pipa-pipa besar, sedangkan terowongan yang membelah bukit tersebut digunakan untuk kepentingan militer khususnya sebagai pusat telekomunikasi. Sekedar tambahan informasi di gua ini terdapat mitos bahwa dilarang mengatakan " LADA " di dalam gua, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kata " LADA " sendiri merupakan nama leluhur dahulu yang sangat dihormati di daerah tersebut.
Setelah Jepang
masuk ke Indonesia, tentara Jepang kemudian mengambil alih tempat ini dan
membangun gua lainnya sebagai basis pertahanan mereka tidak jauh dari gua
Belanda. Jepang menggunakan tenaga kerja paksa sehingga konon tidak sedikit
korban yang berjatuhan selama pembuatan gua ini. Saat Jepang menyerah terhadap
tentara sekutu, tempat ini adalah pertahanan terakhir bagi tentara Jepang yang
ada di Bandung. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, gua inipun terlantar,
tertutup oleh semak belukar dan hutan. Sampai kemudian ditemukan kembali pada
sekitar tahun 1965, konon pada waktu itu masih banyak ditemukan sisa-sisa
peninggalan tentara Jepang seperti senjata dan amunisi di dalamnya.
Kondisi gua Belanda terlihat jauh lebih baik dari
gua Jepang, selain memang gua Belanda sudah beberapakali direnofasi, kondisi
gua ini memang berbeda, gua Jepang sepertinya belum 100% selesai pengerjaannya,
sehingga masih ditemukan terowongan-terowongan yang terlihat setengah jalan.
Kondisi gua Jepang juga dibiarkan seperti aslinya, beberpa kelelawar terlihat
tinggal di langit-langit gua, sedangkan gua Belanda permukaannya sudah dilapisi
semen.
3. CURUG OMAS
Curug Omas yang terletak di lokasi wisata Maribaya, Lembang. Kawasan Lembang masih terkenal dengan cuaca yang masih dingin dan jauh dari polusi seperti jalanan di kota besar, dengan kata lain daerah Lembang memang sangat cocok dikunjungi karena memiliki berbagai objek wisata yang terdapat di daerah ini.
Objek wisata curug omas ini menawarkan pesona air terjun dan keindahan alam yang menjadi pilihan tepat untuk anda berwisata alam bersama keluarga. Kesegaran udara disana masih sangat asri, sehingga ketika memasuki objek wisata curug omas akan terlihat banyak pengunjung yang duduk-duduk dan menyewa tikar diatas rumput disekitar pepohonan yang membuat suasana menjadi sejuk.
Air terjun di curug omas memiliki tinggi sekitar 30 meter, terdapat sebuah jembatan yang tepat berada diatas air terjun, sehingga memudahkan anda untuk menikmati pemandangan dari atas air terjun. Dari atas jembatan, ketika sesudah hujan turun anda dapat melihat pelangi yang seringkali muncul dan terlihat dengan jelas dari atas sana.
Untuk ke lokasi curug omas, jarak yang akan anda tempuh dari Bandung sekitar 21 km dari Lembang ke arah timur. Bagi yang suka berpetualang dari Maribaya dapat menerobos bukit dengan pohon pinus dari kina dengan berjalan kaki ke Taman Hutan Raya Ir.H. Djuanda sekitar 5 km atau ke daerah Arcamanik. Bagi anda yang hobi berpetualang, meskipun mencapai jarak yang lumayan jauh, anda akan di manjakan dengan pemandangan disepanjang jalan.
- Tiket masuk: Rp. 10.000
- Asuransi : Rp. 1000
- Parkir ( Mobil : Rp.10.000 - Motor : Rp.5000 )
Langsung aja ..
Sejarah Singkat Tahura Ir. H. Djuanda
Berkunjung ke Taman Hutan Raya Djuanda seolah kita dapat berwisata alam dan sejarah dalam satu tempat yang sama. Tempat ini teretak tidak jauh dari kota Bandung tepatnya di daerah Dago atas, dan sudah dilengkapi oleh sarana yang cukup lengkap.
Taman Hutan Raya Djuanda atau lebih dikenal oleh masyarakat setempat sebagai Dago Pakar adalah sebuah hutan kota yang berjarak sekitar 3 Km dari terminal Dago. Tahura Djuanda berada di ketinggian 800 sampai 1350 M di atas permukaan laut.
Sejarah Taman Hutan Raya yang dulu dikenal dengan nama Dago Pakar ini dimulai pada tahun 1922, ketika batas-batas hutan ini ditetapkan. Pada tahun 1963, hutan lindung ini mulai dipersiapkan sebagai hutan wisata atau kebun raya. Oleh karena itu, kawasan seluas 30 ha di mulai ditanami pepohonan yang berasal dari berbagai daerah, baik di dalam maupun luar Indonesia.
Atas Gagasan Gubernur Propinsi Jawa Barat pada 23 Agustus 1965, hutan ini diresmikan sebagai Kebun Raya / Hutan Rekreasi Ir. H. Djuanda. Pada tahun 1980 pengelolaannya dialihkan dari Perum Perhutani ke Direktorat Jendral Perlindungan dan Pengawetan Alam (sekarang Direktorat Jendral Perlindungan dan Pelestarian Alam / PHPA).
Tahura Djuanda menyimpan beraneka macam tumbuhan, diantaranya ialah pohon Pinus (Pinus merkusii), Kaliandra (Calliandra callothyrsus), Bambu (Bambusa sp.) dan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti tumbuhan Teklan (Euphatorium sp.), kayu Manis dan lain sebagainya. Selain itu terdapat berbagai jenis binatang yang tinggal di dalamnya antara lain Musang (Paradoxurus herma paproditus), Tupai (Callosciurus notatus), Kera (Macaca insularis) serta berbagai jenis burung seperti Kepondang (Oriolus chinensis), Kutilang (Pycnontus caferaurigaster), Ayam hutan (Gallus gallus bankiva) dan beberapa spesies lainnya.
Tempat - tempat di Tahura Ir. H. Djuanda
1. GUA BELANDABelanda membuat terowongan ini untuk keperluan saluran air bagi pembangkit listrik tenaga air pertama di Indonesia yaitu PLTA Bengkok. Namun pada perkembangannya, air untuk pembangkit listrik kemudian disalurkan menggunakan pipa-pipa besar, sedangkan terowongan yang membelah bukit tersebut digunakan untuk kepentingan militer khususnya sebagai pusat telekomunikasi. Sekedar tambahan informasi di gua ini terdapat mitos bahwa dilarang mengatakan " LADA " di dalam gua, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kata " LADA " sendiri merupakan nama leluhur dahulu yang sangat dihormati di daerah tersebut.
Selanjutnya terowongan - terowongan tersebut ditambah sehingga di dalamnya terdapat ruangan - ruangan lain termasuk penjara dan tempat interogasi.
2. GUA JEPANG
Curug Omas yang terletak di lokasi wisata Maribaya, Lembang. Kawasan Lembang masih terkenal dengan cuaca yang masih dingin dan jauh dari polusi seperti jalanan di kota besar, dengan kata lain daerah Lembang memang sangat cocok dikunjungi karena memiliki berbagai objek wisata yang terdapat di daerah ini.
Objek wisata curug omas ini menawarkan pesona air terjun dan keindahan alam yang menjadi pilihan tepat untuk anda berwisata alam bersama keluarga. Kesegaran udara disana masih sangat asri, sehingga ketika memasuki objek wisata curug omas akan terlihat banyak pengunjung yang duduk-duduk dan menyewa tikar diatas rumput disekitar pepohonan yang membuat suasana menjadi sejuk.
Air terjun di curug omas memiliki tinggi sekitar 30 meter, terdapat sebuah jembatan yang tepat berada diatas air terjun, sehingga memudahkan anda untuk menikmati pemandangan dari atas air terjun. Dari atas jembatan, ketika sesudah hujan turun anda dapat melihat pelangi yang seringkali muncul dan terlihat dengan jelas dari atas sana.
Untuk ke lokasi curug omas, jarak yang akan anda tempuh dari Bandung sekitar 21 km dari Lembang ke arah timur. Bagi yang suka berpetualang dari Maribaya dapat menerobos bukit dengan pohon pinus dari kina dengan berjalan kaki ke Taman Hutan Raya Ir.H. Djuanda sekitar 5 km atau ke daerah Arcamanik. Bagi anda yang hobi berpetualang, meskipun mencapai jarak yang lumayan jauh, anda akan di manjakan dengan pemandangan disepanjang jalan.
asa kenal eta teh =D
BalasHapuspasti kenal atuh :)
BalasHapusKeren!
BalasHapusmangtap tahura tempat wisata alam bandung utara
BalasHapus